[ad_1]
JAKARTA – Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) bereaksi keras terhadap penolakan dengan mengumpulkan cap darah jempol warga Kampung Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara terkait rencana penertiban wilayah tersebut.
Para warga yang menolak penertiban ini diketahui mengkhawatirkan nasib ratusan anak yatim piatu di kampung tersebut jika penggusuran dilakukan.
Menurut Ahok, keberadaan anak yatim piatu tak bisa dijadikan alasan sekelompok orang untuk mendirikan pemukiman ilegal di atas tanah milik negara.
“Itu nanti kami urus. Itu urusan kedua, dari soal makan, yatim piatu. Kalau gitu, saya mau pelihara dan kasih makan 2.000 anak yatim piatu, boleh enggak saya dudukin Balaikota dan Monas? Enak saja!” kata Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Selasa (29/3/2016).
Ahok menegaskan, yang akan ia tertibkan adalah permukiman warga yang berdiri di sekitar bantaran perairan Pelabuhan Sunda Kelapa. Pasalnya, di bantaran perairan tersebut, akan dibangun sheet pile atau dinding turap beton untuk menghalau air laut pasang.
“Silakan saja, kita enggak ada cerita cap jempol darah kok. Sekarang dia dudukin tanaman, laut, dan mau tinggal di mana? Saya kan mau tertibkan yang di atas (bantaran perairan) laut,” jelas dia.
Pembangunan sheet pile di kawasan ini guna menanggulangi banjir. Pasalnya, jika air laut pasang dan curah hujan sedang tinggi, maka daratan di sekitarnya akan tenggelam karena pompa tak bisa mengalirkan air dari sungai ke laut. Karena pembangunan sheet pile menjadi penting untuk menghalau air laut pasang.
“Makanya kita mau buat sheet pile. Kalau air laut pasang, bisa pompa enggak air Ciliwung? Tidak bisa. Saya butuh sheet pile. Kalau air laut pasang lebih tinggi dan masuk ke dalam pompa, ya tenggelam Jakarta. Kamu mau dudukin situ sambil cap jempol darah?” pungkas dia.
Sebelumnya, Ahok mengatakan akan meratakan pemukiman ilegal di kawasan ini mulai April mendatang. Ia pun menyangkal Masjid Luar Batang yang di dalamnya terdapat makam keramat akan ikut digusur.
[ad_2]
