News

Semburan Abu Dan Petir Sering Terlihat Di Gunung Anak Krakatau

Semburan Abu Dan Petir Sering Terlihat Di Gunung Anak Krakatau

Jakarta, Liputan7up.com – Kegiatan Gunung Anak Krakatau (GAK) di perairan pantai selatan, Kabupaten Lampung Selatan, Propinsi Lampung masih selalu bererupsi dengan keluarkan beberapa ratus kali letusan dalam satu hari.

“Jika berapakah kalinya saya tidak ngitung, tetapi ada beberapa ratus kali dalam satu hari,” kata salah satunya warga Desa Way Muli Timur, Samaun di Lampung Selatan, Sabtu (29/12).

Ia mengatakan, erupsi yang dikeluarkan GAK paling banyak saat malam hari. Bahkan juga semenjak terjadinya musibah tsunami, GAK seringkali keluarkan erupsi dari umumnya.

“Jika malam terlihat jelas, sampai ada kilatan petirnya,” katanya. Seperti dikutip Pada.

Efek dari erupsi yang dikeluarkan GAK seperti debu vulkanik, sebarannya belumlah sampai lokasi daratan Lampung Selatan. Efek yang di rasa warga sekitar cuma berbentuk getaran.

“Jika debu belumlah, mungkin karena anginnya ikut mengarah sana (barat). Tetapi jika getarannya berasa seperti kaca rumah dapat bergetar karena erupsi yang dikeluarkan GAK,” katanya.

Fajri, warga Way Muli yang lain menuturkan, erupsi yang dikeluarkan GAK terjadi lama. Akan tetapi baru-baru ini semenjak terjadinya tsunami GAK keluarkan erupsi diimbangi dengan semburan percikan api.

“Karena erupsi terus-terusan, mungkin sudah mengakibatkan terjadinya tsunami. Walau sebenarnya tidak ada gempa. Umumnya kan gempa dahulu,” katanya.

Sesaat itu, nada gemuruh masih selalu terdengar dari eruspi Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda.

Kepala Bidang info Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dr Daryono dalam info persnya Jumat (28/12) mengatakan nada tersebut sumbernya dari kegiatan GAK.

GAK yang statusnya telah ditingkatkan dari Siaga (Level II) jadi Siaga (Level III), masih alami erupsi yang disertai nada gemuruh. Bersama dengan nada gemuruh tersebut, sensor gempa BMKG menjumpai getaran.

Sensor seismik BMKG yang ada di Liwa merekam getaran bertepatan dengan nada gemuruh yang terdengar oleh petugas BMKG Stasiun Geofisika Liwa, Lampung Barat, pada 25 Desember sekitar pukul 22.00 WIB dan 26 Desember pukul 20.40 WIB.

Beberapa warga Lampung pada 25 dan 26 Desember dengar nada gemuruh. Demikian juga warga yang masih bertahan di Pulau Sebesi, gugusan pulau di Selat Sunda yang dekat dengan GAK.

Kepala Pos Penilaian Gunung Anak Krakatau di Hargopancuran, Kecamatan Bakauheni, Lampung Selatan, Andi Suardi, ikut menyatakan nada gemuruh sampai Rabu dini hari masih terdengar dari Anak Krakatau.

BMKG bersama dengan Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Musibah Geologi (PVMBG) selalu memonitor kegiatan Gunung Anak Krakatau dan efeknya serta minta warga masih tenang akan tetapi siaga.

To Top