News

Santoso Masuk Daftar Teroris Global, Amerika Dianggap Berlebihan

[ad_1]

JAKARTA – Departemen Luar Negeri Amerika Serikat memasukkan Pimpinan Kelompok Teroris Mujahiddin Indonesia Timur (MIT) Santoso ke dalam daftar teroris global yang paling dicari (Specially Designed Global Terorist). Hal ini karena Santoso berafiliasi dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Mengomentari hal ini Pengamat Terorisme Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Zaki Mubarak menilai tindakan Amerika Serikat (AS) sangat berlebihan.

“Saya kira itu tindakan yang berlebihan dari AS ketika memasukkan Santoso dalam list teroris yang mereka cari dan itu juga kritik terhadap pemerintah karena pemerintah dianggap tidak mampu mengatasi sekelompok kecil teroris yang secara kekuatan militer tidak seberapa,” kata Zaki kepada Okezone, Kamis (24/3/2016).

Menurutnya Amerika menilai pemerintah Indonesia dalam hal ini melakukan pembiaran terhadap Santoso sehingga memasukkan nama Santoso ke dalam list tersebut.

“Tapi kalau kita lihat progres Santoso itukan persoalan teroris yang ruang lingkupnya domestik bukan internasional. Hanya membahayakan dalam konteks di Indonesia saja dan tidak membawa ancaman yang serius bagi kepentingan Amerika. Sehingga sebenarnya tidak cukup alasan dan terlihat berlebih-lebihan kalau Amerika memasukkan nama Santoso di daftar itu,” sambung dia.

Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia harus menjadikan hal ini sebagai tantangan yang harus segera ditemukan solusinya.

“Itu tantangan buat pemerintah agar lebih ketat mengatasi gerakan Santoso itu sehingga tidak berlarut-larut dan tidak harus melakukan tindakannya represif. Saya kira masih banyak kemungkinan untuk bernegosiasi agar dia menyerah,” katanya.

Represif dalam hal ini menurut Zaki yakni tidakan yang dilakukan dengan gencatan senjata dan menembaki anggota Santoso.

“Represif Itu denga cara perperangan bersenjata yakni menembak. Tapi selama ini yang terjadi di Poso penembakan terhadap orang yang diduga jaringan Santoso. Termasuk calon menantunya yang tertembak itu. Padahal sebenarnya ruang untuk bernegosiasi itu terbuka dan efektif. Jadi Santoso diminta untuk meletakkan senjatanya dan dia tidak diatssi dengan tindakan represif itu,” pungkasnya.

[ad_2]

To Top