Bisnis

Pilkada 2018 dan Pilpres 2019 Isu Agama akan Dimanfaatkan Politik

Liputan7up

Jakarta, Liputan7up.com – Isu agama akan terus dimanfaatkan selama pilkada 2018 dan pemilu 2019. Pengamat politik dari Universitas Indonesia Arbi Sanit menilai, isu agama bak politik uang dalam momentum politik tersebut.

“Isu agama itu seperti politik uang, jadi memang akan terus terjadi,” kata Arbi kepada CNN Indonesia.com.

Dia berpendapat, kecenderungan pemanfaatan isu agama pada 2018 akan dilakukan oleh tiga partai, yakni Gerindra, PKS, dan PAN.

“PKS dan PAN kan pusat agama wahabi, ideologi wahabi kan dari situ, kalau Gerindra memang bukan agama tapi dia akan memanfaatkan isu agama itu,” kata Arbi.

Dihubungi terpisah, cendekiawan muslim Azyumardi Azra mengatakan, isu agama memang tidak bisa hindari dalam pilkada 2018 maupun Pemilu 2019.

“Isu agama masih akan digunakan berbagai pihak dalam pilkada dan pemilu 2019 nanti,” katanya.

Dia pun mengimbau para politikus yang terjun dalam konstetasi Pilkada maupun Pemilu bisa menghindari penggunaan dan penyalahgunaan agama demi politik dan kekuasaan.

Selain itu, Azyumardi juga meminta kepada ulama dan pimpinan ormas Islam untuk tidak ikut campur dalam pertarungan politik kekuasaan tersebut.

“Ulama dan pimpinan ormas islam juga patut menjaga kesucian agama dan martabat ulama,” ujar Azyumardi.

Di sisi lain, Azyumardi juga berpendapat umat Islam harus menjaga fungsi masjid yang sesungguhnya, yakni sebagai tempat ibadah dan menghindari politisasi masjid.

“Masjid harus dijaga kesuciannya,” tegasnya.

Pengurus masjid, kata Azyumardi, pun harus pandai memilah ustaz yang netral dalam setiap kegiatan di masjid sehingga bisa menghindari politisasi masjid.

“Harus memilah dan memilih ustaz yang netral politik, tidak dari kelompok politik manapun, termasuk 212,” kata Azyumardi.

Arbi menilai, foto Presiden Joko Widodo menjadi imam salat di Afghanistan merupakan cara untuk menunjukkan jika dirinya dekat dengan Islam.

Menurutnya, mayoritas pendukung Jokowi merupakan masyarakat kelas bawah pemeluk agama Islam yang sangat rentan dengan hasutan dari lawan politiknya.

Jokowi selama ini terkesan kurang tegas dengan kekuatan mobilisasi massa Islam. Namun, menurut Arbi, Jokowi tidak akan merangkul kelompok tersebut demi mengamankan suara dalam Pilpres 2019.

Menurut Arbi, Jokowi justru membangun lawan yang sepadan untuk menghadapi mobilisasi kekuatan kelompok Islam tersebut.

“Dia (Jokowi) bikin lawannya, karena Jokowi enggak mungkin masuk ke situ karena dia nasionalis,” ujarnya.

Jokowi merangkul kalangan militer yaitu Jenderal (Purn) TNI Moeldoko sebagai Kepala Staf Kepresidenan.

“Gunanya militer untuk menghadapi Islam itu, karena militer sangat nasionalis, tidak bisa pas dengan Islam,” kata Arbi.

To Top