Pedofil Mencari Mangsa Melalui Instagram
Jakarta, Liputan7up.com – Polda Jambi menangkap PN (28) yang diduga pelaku paedofil terhadap 87 orang anak berusia antara 15 hingga 17 tahun. Polisi mengatakan seluruh korban berjenis kelamin laki-laki.
Sejak 2017, pelaku menyamar sebagai gadis bernama Anjel di media sosial Instagram. Setelah berhasil memikat korban, pelaku meminta korban mengirimkan foto atau video tanpa busana. Pelaku mengancam akan menyebarluaskan foto korban jika tidak mau menuruti pelaku.
Menanggapi kasus pedofil Jambi ini, psikolog Mira Amir mengatakan orangtua patut lebih awas terhadap penggunaan ponsel pada anak. Selain beri pengertian akan penggunaan, bisa jadi juga membatasi pemakaiannya.
“Mereka mungkin awalnya chat biasa, lalu video call, begitu sudah malam anak itu sudah enggak fully alert. Mungkin orang yang di seberang sana kamu berani enggak gini-gini. Ujung-ujungnya nanti video beredar dan tahu pas keesokan harinya,” lanjut Mira, saat dihubungi Liputan7up.com, pada Selasa (20/3).
Dalam kasus paedofil yang menimpa anak-anak di Jambi tersebut, Mira menaruh curiga ada motif ekonomi di baliknya, tak hanya sekadar motif untuk kepuasan diri pelaku. Pasalnya pelaku di sini hanya mendapat visual korban.
“Kalau sudah online begitu seperti kirim foto dan video, saya khawatir ada motif ekonomi, ada yang mau beli. Kemarin sempat ada kasus melibatkan jaringan internasional. Mungkin dia sebagai supply saja,” kata Mira.
Di samping itu, Mira menilai kebanyakan pelaku paedofil pernah mendapat perlakuan serupa. Ia mengalami pengalaman traumatis yang berkaitan dengan stimulasi atau rangsangan. Pelaku sebenarnya tak menginginkan sensasinya, tapi ia bisa tergugah untuk mendapatkan sensasi serupa. Trauma biasanya dialami saat kecil dan terbawa hingga dewasa.
Sementara, anak dalam usia remaja, kata Mira, mengalami masa mulai paham akan tubuhnya. Mereka dalam masa banyak mencari tahu. Mungkin, kata Mira, mereka pikir ini lucu, tapi kemudian mereka tidak menyangka bahwa dampaknya akan bisa sejauh itu.
Apa yang dialami oleh anak-anak sebagai korban paedofil ini menurut Mira sebaiknya mendapat perhatian khusus dari orang tua. Sebab, trauma masa kecil membawa dampak besar saat mereka dewasa ketika trauma tersebut tak mendapatkan penanganan.
Dalam hal ini, orang tua diharapkan perannya dalam proses pemulihan anak, karena korban pedofil ini berada dalam rasa takut.
“Orang tua kalau ingin tahu, juga mohon jangan terlalu berlebihan. Ada anak yang dia ingin membuka semua, ada juga yang enggak merasa nyaman. Jadi keluarga harus menunggu kesiapan anak,” katanya.
“Di samping itu, dikonfirmasi ke anak, apa perlu dibantu untuk pembatasan (penggunaan) gawai, apa ada masalah atau sumber lain.”
“Tipe anak yang lama main gadget dialihkan atau disalurkan ke aktivitas fisik. Orang tua diharapkan bisa membawa mereka untuk terlibat dalam aktivitas fisik misalnya olahraga. Orang tua jangan membiarkan mereka sendirian,” tambah Mira menyarankan.