Bisnis

Nama Ahok Terdaftar Dalam “100 Global Thinkers” 2017 bergengsi Amerika Serikat

Liputan7up

Jakarta, Liputan7up – Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok masuk dalam daftar “100 Global Thinkers” 2017 versi majalah bergengsi Amerika Serikat Foreign Policy.

Majalah Foreign Policy menganggap Ahok , yang kini masih mendekam di tahanan Mako Brimob, Depok, sebagai tokoh yang melawan hantu fundamentalis. Ahok terpilih bersama Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, Perdana Menteri Irak, Haider Abadi, Presiden Prancis Emmanuel Macron, juga para aktivis perempuan Arab Saudi.

“Berlidah tajam, keturunan China dan menganut Kristen Protestan di negara berpenduduk mayoritas muslim, Ahok tidak sesuai dengan profil politikus Indonesia pada umumnya,” tulis Foreign Policy, Rabu (6/12).

Pada awalnya, keunikan tersebut menguntungkan Ahok. Namun pada 2017, perbedaan-perbedaan itu bertabrakan dengan kelompok Islam garis keras yang semakin kuat di Indonesia.

Setelah salah ucap dalam pidato kampanye, Ahok dihukum karena menghujat, kalah dalam pemilihan dan dijebloskan di penjara. “Dia menjadi simbol paling menonjol dari pluralisme dan agama yang tersudut di Indonesia,” tulis Foreign Policy.

Jika melihat ke belakang, sungguh luar biasa bahwa Ahok, tokoh dengan minoritas ganda, pembicara publik yang impulsif, bahkan mantan Presiden Megawati Soekarnoputri disebut-sebut pernah mengatakan “Seandainya ada pita ajaib bisa bisa dilekatkan di mulutnya,”, bisa berjalan sejauh Ahok.

Dalam waktu kurang dari tiga tahun, mulai dari wakil rakyat sebuah kabupaten kecil di Belitung Timur, hingga menjadi Gubernur Ibu Kota Jakarta.

“Tahun 2016 adalah tahun ketika populisme reaksioner menyapu dunia, Brexit mengguncang Inggris, Donald Trump terpilih jadi Presiden AS dan Filipina memilih Rodrigo Duterte. 2017 adalah tahun perhitungan. Seiring tatanan baru berlangsung, kita dipaksa memikirkan tatanan baru dan menemukan cara untuk menghadapi realitas baru tersebut,” tulis majalah Foreign Policy, mengawali pengumuman 100 tokoh pembawa perubahan atau Global reThinker 2017.

“Tahun ini, Foreign Policy dengan bangga mempersembahkan Global reThinker, para legislator, teknokrat, komedian, pengacara, pengusaha, pembuat film, presiden, provokator, tahanan politik, peneliti, ahli strategi, dan visioner, yang bersama-sama yang menemukan cara menakjubkan tidak saja memikirkan kembali dunia kita yang aneh, tapi juga membentuknya. Mereka adalah pelaku yang membentuk 2017.”

Foreign Policy juga mencatat pemenjaraan Ahok menuai simpati global. Para pendukungnya di seluruh dunia menggelar acara penyalaan lilin menyatakan duka dan dukungan bagi Ahok.

Bahkan Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) turut mengutuk keputusan pengadilan terhadap Ahok. “Bukannya berbicara melawan ujaran kebencian oleh para pemimpin demonstrasi, otoritas Indonesia malah memenangkan hasutan terhadap intoleransi dan diskriminasi agama,” kata tiga pakar PBB dalam sebuah pernyataan bersama Mei lalu.

Meski begitu, beberapa kalangan di Indonesia masih berharap agar persekusi terhadap Ahok bisa berdampak positif, yakni menggembleng mayoritas kalangan moderat yang memilih diam.

Ahok bukan satu-satunya mantan Gubernur DKI Jakarta yang masuk dalam daftar 100 Tokoh Global Thinkers Majalah Foreign Policy. Pendahulunya, Joko Widodo, yang kini menjadi Presiden, juga pernah didapuk jadi “100 Global Thinkers” pada 2013.

To Top