Tekno

Konsumsi Download di Jakarta Hampir Setara Los Angeles

[ad_1]

liputan7upcash.com, Jakarta – Ternyata rata-rata konsumsi internet untuk kegiatan mengunduh (download) di Jakarta setara dengan rata-rata download di Los Angeles, Amerika Serikat (AS). 

Hal ini disampaikan Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, saat Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama Proyek Palapa Ring di Kementerian Keuangan di Jakarta, Senin (29/2/2016). 

Rata-rata penggunaan internet untuk download di Jakarta dan Bekasi mencapai 7 Megabyte (MB), hampir setara dengan Los Angeles yang sebesar 7,8 MB, sedangkan Washington sebesar 8,3 MB.

“Posisi Jakarta mengalahkan Bangkok yang download rata-rata 2,3 MB, New Delhi 1,9 MB, dan Kuala Lumpur 5,9 MB. Tapi, untuk upload, kita lebih rendah dari mereka, seperti New Delhi,” ucap Rudiantara.

Namun, secara keseluruhan, rata-rata penggunaan internet untuk download di Indonesia masih kalah jika dibandingkan negara lain. Dalam konteks digital, posisi Indonesia masih tertinggal jauh ketimbang negara maju dan berkembang lainnya.  

“Seperti dari data Open Signal hingga Februari 2016, posisi Indonesia rata-rata untuk download 5,4 Megabyte (MB), Amerika Serikat 7,6 MB, dan Jepang sudah 10,48 MB,” katanya.  

Untuk kegiatan mengunggah (upload), Indonesia mencatatkan penggunaan rata-rata 1,8 MB, Sedangkan posisi Brasil rata-rata 4,2 MB dan Thailand 1,8 MB.

“Indonesia tidak jelek-jelek amat, tapi memang belum sebagus Singapura. Rasio download dan upload orang Indonesia paling rendah. Artinya, (mereka) lebih senang download ketimbang upload. Ini menunjukkan kreativitas orang Indonesia kurang,” tutur Rudiantara.

Sayangnya, penggunaan internet untuk mengunggah di Jakarta timpang jauh dengan masyarakat di wilayah lain di Indonesia.

Data tersebut menyebutkan rata-rata download warga Jakarta 7 MB, sedangkan di Jawa secara keseluruhan hanya mencapai 3,5 MB, Kalimantan 2 MB, Sumatera 2,3 MB-2,4 MB, dan Bali 1,5 MB. Sementara, rata-rata konsumsi download di Maluku dan Papua masih ratusan kiloByte (KB).

“Kondisi tersebut harus kita address, ketimpangan digital antara satu wilayah dengan wilayah lain. Kita tidak mau digital hanya tumbuh di Jakarta saja karena kita mau menggenjot nilai transaksi e-Commerce sampai US$ 130 miliar di 2020,” ungkapnya.

(Fik/Cas)

[ad_2]

To Top