Keraton Yogyakarta Lakukan Ritual Jamasan Pusaka

Jakarta, Liputan7up.com – Beberapa ratus keris dan tombak peninggalan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang ada di lokasi Gunungkidul, DIY dijamas atau dibikin bersih, Senin (8/10). Prosesi jamasan ini dikerjakan oleh beberapa abdi dalam dari Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Dalam prosesinya, sebelum dikerjakan jamasan, beberapa ratus tosan aji ini beberapa ritual dikerjakan terlebih dulu. Tidak hanya itu dikerjakan juga pembacaan doa. Selesai semua prosesi itu dikerjakan, beberapa ratus tosan aji itu juga lalu dijamas.

Ketua Dewan Kebudayaan Gunungkidul, CB Supriyanto mengemukakan pekerjaan jamasan dikerjakan saat dua hari. Sebelum dijamas pada Senin (8/10) satu hari awal mulanya atau Minggu (7/10) dikerjakan sarasehan di Bangsal Sewokoprojo, Gunungkidul.

Supriyanto menjelaskan dalam sarasehan itu diterangkan bagaimanakah cara menjaga tosan aji. Lalu adapula keterangan histori dan filosofi tosan aji tersebut.

“Di sarasehan yang digelar, diterangkan tentang filosofi pusaka ini apa. Termasuk juga beberapa pemilik keris harus juga tahu mengenai silsilah dan arti keris kepunyaannya,” tutur Supriyanto.

Supriyanto mengutarakan beberapa ratus tosan aji yang dijamasi itu datang dari beberapa daerah di Gunungkidul. Tidak hanya menjamas tosan aji punya masyarakat, kata Supriyanto pihaknya ikut menjamas lima buah tombak peninggalan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang disimpan di Kantor Pemkab Gunungkidul.

“Mudah-mudahan dengan teratur lakukan pekerjaan budaya seperti ini, kelestarian budaya asli masih masih terbangun,” urai Supriyanto.

Sesaat itu, Kepala Dinas Kebudayaan Agus Kamtono menjelaskan pihaknya merencanakan akan lakukan pendataan tosan aji punya warga. Tidak hanya untuk mengawasi warisan budaya, ikut supaya tosan aji masyarakat teregristrasi dengan baik dan hindari jual beli di pasar gelap.

“Kita akan register benda bersejarah, termasuk juga tosan aji (benda pusaka) punya masyarakat. Ini (pendataan) terpenting, karena tosan aji itu mempunyai nilai histori. Nanti tiap-tiap tosan aji, yang umumnya dikerjakan jamasan atau pencucian akan didata tentang pemiliknya, pembuat, sampai tahun pembuatan,” tutur Agus.

Agus memberikan tidak hanya untuk tahu histori dari tosan aji, ikut di kuatirkan bila tidak terdata nanti banyak benda bersejarah ini dapat terlepas dan cuma jadi komoditas export.

“Ini pula menjadi usaha menjadi penangkal kehadiran keris palsu,” tutup Agus.

Exit mobile version