Kematian Karena TBC Di Purbalingga Meningkat

Jakarta, Liputan7up.com – Tingkat kesembuhan penyakit Tuberculosis (TBC) di Kabupaten Purbalingga di dalam rentang saat satu tahun sepanjang 2017 masih belum mencukupi target. Berdasarkan data profil kesegaran Purbalingga, terhadap tahun tersebut tingkat kesembuhan baru raih 78,69 persen. Hal ini masih jauh dari obyek yakni 85 persen.

Jumlah kematian sepanjang penyembuhan terhadap tahun 2017 terhitung meningkat. Tercatat 23 kasus kematian akibat TBC terhadap 2016. Sedang di tahun 2017 menjadi 33 kasus.

Koordinator Community TBC-HIV Care Aisyiyah Sub Purbalingga, Imam Nur Faozi menyebutkan dibutuhkan prinsip kuat dari pengambilan kebijakan yakni pemerintah tempat untuk menurunkan kasus kematian TBC. Pasalnya sepanjang ini, alokasi anggaran dari pemerintah terutama untuk pengendalian TBC masih tergolong rendah. Untuk saat ini, penanganan TBC secara lazim sangat tergantung terhadap donor internasional.

“Rendahnya kebijakan politis untuk pengendalian TBC merupakan ancaman pengendalian penyakit TBC,” katanya saat aktivitas advokasi pemakaian fasilitas sosial untuk kampanye penaggulangan TBC di Waroeng Djoglo, Sabtu (26/10).

Untuk menangani penyebaran TBC, Comunity TBC-HIV Care Aisyiyah melakukan pel0bagai aktivitas salah satunya pilih tim kelompok masyarakat hiraukan (KMP) TBC. Gerakan penanganan TBC ini fokus mensosialisasikan bahaya penularan TBC yang lebih cepat dibandingkan dengan penularan HIV-Aids.

Berdasarkan data per 28 Agustus 2016 secara nasional, terdapat kasus 51 per 100 ribu penduduk. Sedang tingkat kesembuhan di Indonesia baru 84 prosen dari obyek sebesar 85 persen.

“Kita terhitung udah melukakan kerjasama dengan lembaga pemerintah dan lintas sektor. Merawat isu TBC dan menambah advokasi kepada masyarakat atau kelompok yang belum miliki pengalaman,” kata Imam menambahkan

Imam Faozi meminta dengan aktivitas advokasi fundraising dan fasilitas campaign diinginkan isu TBC tetap terjaga di pelbagai lini massa. Isu TBC diinginkan sanggup menjadi warning bagi seluruh masyarakat bahwa penyakit tersebut harus diantisipasi.

“Kasus TBC merupakan penyebab kematian no 4 di Indonesia setelah diabetes, jantung dan stroke. Untuk itu diinginkan penanganan TBC lebih terorganisir dan lebih terarah lagi,” ujarnya.

Exit mobile version