News

Kasus Kematian Siyono Harus Jadi Introspeksi bagi Kepolisian

[ad_1]

JAKARTA – Terduga teroris asal Klaten, Jawa Tengah, Siyono tewas usai dijemput anggota Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror. Ia diduga mengalami penganiayaan hingga merenggang nyawa sebelum menjalani proses secara hukum.

Atas kasus tersebut, Wakil Ketua DPR RI, Fadli Zon menilai langkah advokasi yang dilakukan Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, bisa menjadi bahan introspeksi bagi kepolisian. Terutama Densus 88 yang diduga harus bertanggung jawab atas kematian Siyono.

“Apa yang dilakukan Muhammadiyah, autopsi ulang, ini harus menjadi satu introspeksi bagi kepolisian khususnya Densus yang mengakibatkan satu nyawa melayang,” ujar Fadli di Kompleks DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (5/4/2016).

Politikus Partai Gerindra itu menduga adanya kesalahan prosedur yang dilakukan Densus 88 dalam penanganan Siyono. Ia meminta kepolisian harus jantan untuk mengakui kelalaian tersebut.

“Saya kira di situ bisa terjadi kesalahan prosedur. Harus diakui oleh kepolisian, apalagi ini baru terduga bukan terdakwa. Jadi, ini jangan menggampangkan nyawa,” imbuhnya.

Sebab itu, Fadli meminta agar Kapolri bersikap terbuka usai mendengar penyampaian hasil autopsi PP Muhammadiyah. Jika terbukti tewasnya Siyono karena adanya benturan, ia meminta adanya pengusutan secara terbuka terhadap pelaku.

“Kapolri orangnya cukup terbuka, mudah-mudahan autopsi Muhammadiyah bisa disampaikan ke polisi. Dari visum ada penganiayaan, benturan yang jadi penyebab, harus ada pengusutan. Tidak boleh ditutupi, harus dibuka ke publik,” tukasnya.

 

[ad_2]

To Top