Depok, Liputan7up.com – Terus meningkatnya realisasi investasi Indonesia tak serta merta bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional. Presiden Joko Widodo (Jokowi) melihat, justru timbul tantangan baru ekonomi di tengah meningkatnya realisasi investasi tersebut.
Menurut Jokowi, saat ini dunia juga tengah mengalami perkembangan teknologi yang sangat pesat yang secara langsung berpengaruh terhadap ekonomi dan perindustrian di dalam negeri.
Tak hanya industri di padat modal, perkembangan teknologi juga bisa mengubah pola industri di sektor padat karya seperti peternakan hingga pertanian. Mesin dan komputer hasil perkembangan teknologi bisa mendorong perubahan cara beternak dan bercocok tanam.
“Perkembangan teknologi tersebut sangat memengaruhi landscape ekonomi, sosial budaya, politik, nasional bahkan internasional,” kata Jokowi dalam pidato di acara Dies Natalis Universitas Indonesia (UI), Depok, Jumat (2/2/2018).
Jokowi menyampaikan, saat ini kekuatan komputerisasi dan analisis data telah melahirkan terobosan-terobosan yang mengejutkan di berbagai bidang.
Dia menjelaskan teknologi cyber physical misalnya, telah melahirkan automatic vehicle yakni kendaraan tanpa awak. Kemudian 3D printing yang bisa membuat bangunan dan senjata dengan metode printing yang murah dan cepat.
“Seperti advance robotic yang bisa mengambil alih peran manusia, begitupun artificial intelegence, dan virtual reality yang terus berkembang. Kemudian blockchain dan cryptocurrency mata uang tanpa bank sentral yang sekarang sedang ramai diperebutkan oleh banyak orang,” ujar Jokowi.
Tantangan baru ekonomi RI tersebut tercermin jelas dalam data-data realisasi investasi yang belum lama ini dipaparakan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Realisasi investasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) sepanjang 2017 periode Januari hingga Desember tembus Rp 692,8 triliun atau tumbuh 13,1% dari realisasi tahun 2016 Rp 612,8 triliun. Jumlah ini melampaui target realisasi investasi PMDN dan PMA tahun 2017 sebesar Rp 678,8 triliun.
Realisasi penanaman modal atau investasi harusnya disertai dengan penciptaan lapangan kerja baru yang lebih luas sehingga masyarakat lebih mudah mencari kerja.
Sayang, realisasi investasi tersebut tak dibarengi dengan penciptaan lapangan kerja baru. Masyarakat pun masih sulit memperoleh pekerjaan. Kondisi tersebut tercermin dari data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Dalam data BKPM itu tercatat, realisasi serapan tenaga kerja sepanjang tahun 2017 adalah sebesar 1.176.353 orang, lebih rendah 18,36% atau turun 216.043 dibanding realisasi penyerapan tenaga kerja sepanjang tahun 2016 yang mencapai 1.392.396.