News

Jokowi Harus Meminta Maaf Kepada Rakyat Indonesia, Apa yang Terjadi?

Berbagai kalangan melayangkan kritik terhadap Presiden Joko Widodo terkait pernyataannya yang mengklaim ekonomi Indonesia berada di deretan tiga teratas dunia setelah China dan India. Pasalnya pernyataan itu mendapat sorotan tajam dari mantan jurnalis South China Morning Post Jake van der Kamp yang menyebut pernyataan Jokowi sebagai silly boasts (bualan konyol)

Salah satu kritik pedas datang dari Presiden Gerakan Pribumi Indonesia (Geprindo), Bastian P Simanjuntak. Menurutnya, akibat pernyataan tak benar (hoax) tentang ekonomi Indonesia, Jokowi dianggap telah mempermalukan marwah Indonesia di mata dunia. Dia pun meminta agar Jokowi meminta maaf kepada rakyat Indonesia.

“Geprindo mendesak pemerintah untuk meminta maaf kepada seluruh rakyat Indonesia, mengklarifikasi melalui tim ekonomi atau Menkeu. Jokowi harus mengganti tim ekonomi yang telah membuatnya dianggap konyol di forum internasional. Kekonyolan itu akan berdampak secara psikologis kepada rakyat. Bangsa-bangsa lain di dunia bisa saja mengatakan Indonesia sebagai bangsa pembual,” ujarnya di Jakarta.

Selain itu, yang tengah menjadi sorotan tajam saat ini adalah dimana BUMN tengah mengalami kerugian pada kuartal-I sebanyak 3 Triliun, ekonomi lesu, tingkat pengangguran dan kemiskinan meningkat.

“Ini harusya yang menjadi fokus pembenahan pemerintah, bukan mengkampanyekan berita hoax,” katanya.

Dia pun menegaskan jika klarifikasi sangat dibutuhkan agar tidak terjadi polemik yang mengganggu iklim investasi. Kepercayaan dari investor sangat berperan dalam keberlanjutan ekonomi sehingga kualitas pemimpin menjadi salah satu alasan investor menanamkan investasinya.

“Geprindo tak ingin Indonesia dijadikan bahan cemoohan di dunia Internasional karena pernyataan yang kurang tepat itu,” ungkapnya.

Jokowi Klarifikasi Tuduhan Salah Klaim Soal Pertumbuhan Ekonomi

Presiden Joko Widodo menyelipkan klarifikasinya perihal tuduhan dirinya asal mengklaim Indonesia sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi terbesar ketiga di dunia. Ketika membuka Rakornas Maritim di TMII, Jokowi sekilas menyampaikan bahwa Indonesia bukan negara dengan pertumbuhan ekonomi terbesar ketiga di dunia.

”Ya, pertumbuhan ekonomi kita baik seperti yang sudah disampaikan Pak Menko Maritim. Kita nomor 3 di antara negara G-20. Iya benar,” ujar Presiden Jokowi dalam pidatonya, Kamis, 4 Mei 2017.

Sebagaimana telah diberitakan, Presiden Joko Widodo dikritik ekonom asing, Jake Van Der Kamp, dalam kolom bisnis South China Morning Post (SCMP). Menurut dia, Jokowi memakai data yang salah saat menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia terbesar ketiga di dunia dalam acara Forum Bisnis Indonesia-Hong Kong. Pasalnya, pada data dia, Indonesia berada di peringkat ke-13, bukan ke-3.

Tak lama kemudian, Istana Kepresidenan dan Kementerian Keuangan mengklarifikasi pernyataan Presiden Joko Widodo. Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki, misalnya, menyatakan Jokowi tidak menyebut pertumbuhan ekonomi itu dengan dunia sebagai acuan, melainkan negara-negara G-20. Lagi pula, kata Teten, data yang dipakai Presiden Jokowi sudah beberapa kali dinyatakan.

Presiden Jokowi tidak mengelaborasi lebih lanjut soal pertumbuhan ekonomi itu. Ia hanya mengatakan, jika Indonesia tidak segera memperbaiki kemudahan berusaha dan pelayanannya, peringkat ketiga itu akan lepas dari genggaman.

”Negara yang cepat itu yang akan mengalahkan negara yang lambat, siapa pun itu. Kalau masih linear, monoton, dwelling time masih 6-7 hari kayak dulu-dulu, ya, sudah ditinggal,” ujar Jokowi.

To Top