Jakarta, Liputan7up.com – Satu pekan belakangan, banjir menempa Jalan Lintas Timur Sumatera di Kabupaten Pelalawan, Riau. Mengakibatkan, beberapa mobil dan sepeda motor berhenti karena ketinggian air sampai 60 centimeter.
“Sampai saat ini masih banjir di sejumlah titik Jalan Lintas Timur. Tinggi air beragam, ada yang sampai 60 centimeter. Itu berlangsung di selama 8 km. jalan lintas tersebut,” tutur Kapolres Pelalawan AKBP Kaswandi Irwan pada merdeka.com, Selasa (18/12).
Untuk menangani lalu lintas, Polres Pelalawan dan jajarannya tempatkan beberapa personil berjaga di tempat banjir. Beberapa mobil dan sepeda motor yang berhenti didorong polisi ke tempat yang tambah tinggi.
“Sebab banyak yang berhenti, kita sarankan kendaraan dari Jambi atau Indragiri Hulu janganlah melalui daerah Pelalawan ini. Melalui Kuantan Singingi lebih aman dan tidak banjir,” kata Kaswandi.
Banjir ikut dihadapi warga Pelalawan yang ada di perumahan sekitaran kota. Kaswandi mengatakan, ada titik banjir yang airnya sampai 150 centimeter. Perihal itu menyebabkan warga sangat terpaksa mengungsi di tenda yang disediakan Pemkab Pelalawan.
Untuk menanggulangi musibah musiman tersebut, Bupati Pelalawan HM Harris sudah mengambil keputusan status siaga darurat banjir. Pemerintah ikut membawa pertolongan berbentuk logistik dan perlengkapan untuk mengungsi.
“Sebab intensitas hujan selalu berlangsung, air sungai jadi meluap dan mengalir ke pemukiman masyarakat sampai ke jalan raya. Yang meluap seperti Sungai Kampar Pelalawan yang datang dari luapan air sungai Kampar Kiri, Kuantan dan kiriman dari Sumatera Barat. Air Sungai Kampar kanan ikut meluap,” jelas Kaswandi.
Kaswandi mengatakan, air menggenangi delapan kecamatan yang terbagi dalam 21 desa dan tujuh kelurahan. Tidak kurang dari 2.515 kepala keluarga terdampak dengan jumlahnya jiwa 6.427.
Sesaat untuk rumah yang tergenangi air, sampai kini terdata 2.255 unit. Sesaat itu, rumah yang terendam sangat kronis terdata 469 unit yang menyebar di beberapa kecamatan.
“Sarana umum dan sosial, seperti rumah beribadah sampai sekolah ikut terendam. Sampai kini terdaftar 58 sarana terendam genangan air,” tambah Kaswandi.
Meskipun begitu, tidak semua warga yang tempat tinggalnya terendam banjir mengungsi. Masyarakat pilih bertahan karena banjir ini telah teratur hadir tiap-tiap tahun, ditambah lagi di saat-saat puncak musim hujan seperti saat ini ini.
Masyarakat yang mengungsi beberapa ke tenda yang dibangun pemerintah, dan beberapa yang lain pilih untuk tinggal di dalam rumah kerabat semasing yang tidak terdampak banjir. Kadang-kadang mereka pulang untuk mengecheck rumah.
“Ada tenda di 3 tempat penampungan, yaitu di Jalan koridor km. 9, km. 8 dan Jalan Sultan Syarif Kasim,” jelas Kaswandi.
Ia mengatakan, banjir ikut menempa di Jalan Pemda, rata-rata ketinggian debet air bahkan juga sampai 120 centimeter. Sesaat di Jalan Koridor RAPP ke arah Langgam bahkan juga sampai 170 centimeter.
“Ada pula beberapa masjid dan musala tidak dapat digunakan karena ketinggian airnya sampai 200 centimeter. Itu karena datarannya begitu rendah dari yang lainnya,” tutup Kaswandi.