News

Ini Penjelasan Sejarawan Tentang Heboh Suku Mante di Hutan Aceh

Netizen di dunia maya dalam beberapa hari ini dihebohkan dengan adanya video yang diunggah oleh anggota komunitas motor trail asal Banda Aceh di kawasan hutan Aceh.

Dalam video tersebut, terlihat sosok misterius tanpa pakaian, yang diduga merupakan sosok Suku Mante yang merupakan cikal bakal penduduk Aceh.

Banyak pro dan kontra yang mengomentari video tersebut. Banyak yang tidak percaya bahwa manusia Suku Mante masih ada hingga saat ini.

Alasannya, Suku Mante hidup di belantara hutan yang belum terjamah oleh manusia. Sementara hampir seluruh belantara di Aceh sudah dijamah manusia.

Ada juga yang masih memercayai akan keberadaan suku tersebut, dengan jumlah yang terbatas dan berada di kawasan hutan di luar Aceh.

Sejarawan Aceh, Adli Abdullah mengatakan, keberadaan Suku Mante itu bisa jadi masih ada, namun dalam jumlah yang sudah sangat berkurang.

“Kalau melihat lokasi dari postingan video tersebut yaitu kawasan hutan Jalin di Jantho Aceh Besar, itu tidak menutup kemungkinan kalau bisa jadi itu memang generasi yang kesekian dari Suku Mante itu. Karena, kalau melihat dari sejarahnya, suku ini dulu memang bermukim di kawasan Seulimum, yakni daerah yang berdekatan dengan Jantho,” ucap Adli Abdullah, Senin (27/3/2017).

Berdasarkan sejarah Aceh yang dituliskan oleh sejarawan asal Belanda KFH van Langen, dalam bukunya yang berjudul Inrichting van Het Atjehsche Staatsbestuur Onder Het Sultanaat, disebutkan bahwa Suku Mante, atau yang juga disebut Suku Mantra atau Suku Mantir, adalah suku Melayu tua yang merupakan suku awal untuk penduduk di Pulau Sumatera.

“Disebut juga suku ini dulunya berasal dari suku daerah Batak kemudian berdomisili di kawasan pesisir Aceh, tapi lama-kelamaan mereka menjadi terisolir dan tergusur karena banyaknya pendatang yang kemudian bermukim di pesisir Aceh,” jelas Adli Abdullah, alumnus bagian sejarah Universitas Science Malaysia(USM).

Menurut Adli, suku tersebut juga ada di Malaysia. Namun, kini mereka sudah ditangani oleh pemerintahan di Jabatan Hal Ihwal Orang Asli di Malaysia.

“Kita berharap pemerintah Aceh juga harusnya bisa melakukan penelitian dan penelusuran tentang keberadaan Suku mante ini, jika masih ditemukan, maka harus dilakukan pembinaan terhadap mereka seperti juga yang dilakukan didaerah lainnya,” ujarnya.

Berbeda halnya dengan pengamat sejarah Aceh lainnya, Rusdi Sufi. Pengajar di Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh ini menyebutkan, jika dilihat dari tinjauan ilmu pengetahuan, Suku Mante sudah tidak ada lagi di Aceh.

Suku Mante yang berukuran tubuh kecil ini bermukim di Aceh jauh sebelum Islam masuk sekitar abad ke-12.

Seiring perkembangan zaman, semua hutan belantara Aceh sudah terjamah manusia. Karena itu, dia yakin Suku Mante yang masih primitif sudah tidak ada lagi.

Rusdi mengatakan, Suku Mante adalah orang asli Aceh yang juga lebih dekat dengan Batak. Selain itu juga dekat dekat Melayu.

Pemprov Lakukan Penelitian

Pemerintah Provinsi Aceh berkoordinasi dengan sejumlah instansi terkait untuk menelusuri informasi keberadaan Orang Mante yang menjadi viral dan diperbincangkan netizen di media sosial beberapa hari terakhir ini.

Rencananya, pemerintah Aceh pun akan melakukan penelitian secara mendalam. “Langkah yang pertama bisa kita lakukan adalah melakukan penelitian secara mendalam,” kata Kepala Biro Humas Pemerintah Aceh, Mulyadi Nurdin, Senin (27/03/2017).

Mulyadi mengaku akan segera berkoordinasi dengan dinas terkait dan sejumlah stakeholder, termasuk dengan akademisi dan sejarawan mempertanyakan suku Mante. Mereka, sambung dia, siap melakukan penelitian mendalam terkait keberadaan suku Mante di Aceh.

“Bila memang suku Mante masih terdapat di Aceh. Pemerintah Aceh siap memfasilitasi dan membuka akses kepada mereka. Sehingga suku ini tidak lagi tinggal di hutan belantara,” katanya.

Bahkan, untuk mempermudah melakukan penelitian, pihaknya akan memanggil komunitas motor trail asal Banda Aceh itu untuk mempertanyakan kejadian yang sebenarnya. Termasuk lokasi tempat mereka menemukan yang diduga suku Mante.

Sementara itu, antroplog Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh Reza Indria, mengaku sedikit pesimis terhadap keberadaan Orang Mante di Aceh.

Hingga saat ini, belum pernah ada penelitian antropologi maupun temuan arkeologi yang mengatakan, sebagai sebuah suku, Mante punya jejak sebagaimana yang kerap diceritakan.

Satu-satunya sumber soal Mante, sebelum ada video viral yang masih harus diuji kevalidannya itu, cuma cerita dari mulut ke mulut.

“Jikapun ada, saya lebih suka menyebutnya orang Mante, daripada suku Mante. Karena ketika kita menyebut mereka sebagai suku kita tentu membayangkan ada sekelompok orang yang berbagi tata hidup, perilaku dan bahasa (baik verbal maupun isyarat) secara turun temurun,” jelas Reza Indria.

Bahkan, sebut Reza, ketika Snouck Hugronje, menulis bagian kecil tentang Mante sebagai asal usul Orang Aceh dalam monograph klasiknya yg berjudul “De Atjehers”, Snouck pun membayangkan Mante seperti orang Dayak di Borneo.

Selebihnya, Snouck juga meragukan keberadaan Mante seperti yang dideskripsikan dalam cerita-cerita yang ia dengar sebagai “orang kate yang telanjang, berambut panjang dan dipenuhi bulu lebat”.

Snouck menyatakan, semua sumber soal Mante diperolah dari keterangan kakek-kakek mereka. Termasuk sepasang Mante yg tertangkap dan dibawa ke hadapan Sultan Aceh, namun menolak bicara dan makan hingga mereka mati. Itu merupakan cerita dari mulut ke mulut.

“Artinya sejak 1891 ketika Snouck menulis De Atjehers juga tidak ada satu orang pun pernah melihat orang Mante lagi. Yang ada ketika itu adalah kata Mante yg digunakan untuk menyebut orang-orang pedalaman dan ketinggalan,” ujar Reza Indria.

Lulusan Harvard University ini pun menegaskan, jikapun Orang Mante memang masih ada, dia berharap mereka tetap aman dan selamat di habitatnya.

“Sebaiknya kita bahkan pemerintah hendaknya tidak mengganggu keberadaan mereka. Kita punya banyak masalah yang belum selesai, jangan menambah masalah bagi Orang Mante,” tegas Reza.

To Top