News

Heboh Akan Ada Perang Suci di Daratan Eropa, Apa Itu?

Segera Dimulai “Perang Suci” di Eropa: Pernyataan Menteri Luar Negeri Turki Bikin Dunia Heboh. Mevlut Cavusoglu adalah Menteri Luar Negeri Turki. Terkait hasil pemilu Belanda ia mengatakan bahwa sebentar lagi ‘perang suci’ akan berlangsung di Eropa. Buntut ketegangan akhir-akhir ini antara Turki dan Belanda.

“Semua memiliki mental yang sama. Ke mana Anda akan pergi? Ke mana Anda akan membawa Eropa? Kalian telah memulai menghancurkan Eropa. Kalian mencemplungkan Eropa ke neraka. Perang suci akan dimulai di Eropa,” dengan tegas Cavusoglu, lansir the independent,

Penegasan Cavusoglu atas sikap Turki dengan tidak menyambut kemenangan Partai Rakyat untuk Kebebasan dan Demokrasi (VVD) pimpinan Perdana Menteri Belanda Mark Rutte, Rabu (15/3/2017).

Tanggapannya atas hasil pemilihan umum (pemilu) itu tidak akan mengubah konflik antara dua negara itu.

“Saat ini pemilu sudah berakhir di Belanda, jika Anda melihat banyak partai di sana tidak akan jauh berbeda karena semuanya beraliran fasis,” tutur Cavusoglu.

Turki dan Belanda mengalami ketegangan muncul setelah pemerintah negara itu membatalkan izin penerbangan Cavusoglu yang hendak berkunjung ke salah satu kota di Belanda itu pada Sabtu (11/3). Saat itu, ia berencana meminta dukungan atas referendum dari warga Turki yang ada di sana.

Pada hari yang sama dengan kejadian itu, Pemerintah Belanda juga memblokir konvoi Menteri Keluarga Turki Fatma Betul Sayan Kaya. Ia dipaksa pergi dan berada di bawah pengawalan polisi. Kemudian, warga Turki di Rotterdam, Belanda yang melakukan aksi unjuk rasa damai juga harus berhadapan dengan kepolisian Belanda. Petugas keamanan itu membawa pentungan dan meriam.

Ia membandingkan Rutte dengan politisi sayap kanan Belanda Geert Wilders. Selama ini, ia merupakan sosok anti-Islam yang dinilai memanfaatkan pertikaian negaranya dengan Turki.

Pernah pada sebuah kesempatan, Wilders mengatakan bahwa Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan adalah sosok seorang diktator. Politikus dari Partai untuk Kebebasan (PVV) itu sempat mengkritik cara pemerintah negara itu untuk mendapat dukungan referendum.

To Top