Jakarta, Liputan7up.com – Suara gemuruh yang terakhir ini seringkali terdengar oleh warga Propinsi Lampung datang dari Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Kabupaten Lampung Selatan. Kepala Bidang info Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono mengatakan, nada tersebut sumbernya dari kegiatan Gunung Anak Krakatau.
Menurutnya, perihal itu didapati dari info petugas Pos Pemantau Gunung Anak Krakatau. Bersama dengan nada gemuruh tersebut, sensor gempa BMKG menjumpai getaran.
“Gunung Anak Krakatau, yang statusnya telah ditingkatkan dari Siaga (Level II) jadi Siaga (Level III), masih alami erupsi yang disertai nada gemuruh,” kata Daryono, dalam info tertulisnya, Jumat (28/12).
Sensor seismik BMKG yang ada di Liwa merekam getaran bertepatan dengan nada gemuruh yang terdengar oleh petugas BMKG Stasiun Geofisika Liwa, Lampung Barat, pada 25 Desember sekitar pukul 22.00 WIB dan 26 Desember pukul sekitar 20.40 WIB.
Beberapa warga Lampung pada 25 dan 26 Desember dengar nada gemuruh. Demikian juga warga yang masih bertahan di Pulau Sebesi, gugusan pulau di Selat Sunda yang dekat dengan Gunung Anak Krakatau.
Kepala Pos Penilaian Gunung Anak Krakatau di Hargopancuran, Kecamatan Bakauheni, Lampung Selatan, Andi Suardi, ikut menyatakan nada gemuruh sampai Rabu dini hari masih terdengar dari Anak Krakatau. Akan tetapi ia tidak tahu apa nada itu dapat sampai ke Kabupaten Mesuji, Lampung, mengingat di Kalianda, ibu kota Lampung Selatan, saja tidak terdengar.
BMKG bersama dengan Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Musibah Geologi (PVMBG) selalu memonitor kegiatan Gunung Anak Krakatau dan efeknya serta minta warga masih tenang akan tetapi siaga.