News

Fenomena Bunuh Diri di Media Sosial Makin Mengkhawatirkan

Ada tiga kasus bunuh diri di Jabodetabek dalam tiga pekan terakhir, itu yang terdata dan laporannya masuk ke kepolisian lalu diwartakan di media.

Mungkin saja ada yang tidak terberitakan, karena juga tidak ada meminta keterangan dari pihak kepolisian.

Dua dari tiga kasus bunuh diri yang terberitakan di media, disebut-sebut sebagai aksi bunuh diri karena tertular aksi sebelumnya.

“Itu fenomena suicide contagion,” ujar Reza Indragiri Amriel, Pakar Psikologi Forensik Universitas Indonesia.

Reza Indragiri lantas menguraikan kekhawatirannya akan dampak buruk dari pemanfaatan media sosial, seperti facebook, yang bisa dimanfaatkan untuk mewartakan aksi bunuh diri.

Kekhawatiran Reza Indragiri ini patut diantisipasi, jika melihat semakin berkembangnya fenomena bunuh diri dengan memanfaatkan fungsi media sosial.

Entah ada hubungannya atau tidak, belum lama ini ada kehebohan di Rusia terkait dengan kemunculan grup misterius di media sosial bernama Blue Whale.

Ini ternyata bukan sembarang grup, sebab semua anggota di dalamnya memiliki tujuan yang sama: bunuh diri.

Blue Whale dibuat dalam aplikasi media sosial milik Rusia, VK. Media sosial ini sama seperti Facebook yang memungkinkan kita berteman dan memiliki jaringan luas melalui dunia maya.

Sayangnya, fungsi VK disalahgunakan untuk mempromosikan praktik bunuh diri khususnya di kalangan remaja.

Saking gegernya berita ini, Presiden Rusia, Vladimir Putin sampai berang dan memerintahkan hukuman berat bagi pelaku dan anggota grup Blue Whale.

Secara umum Rusia memang sedang dipusingkan dengan fenomena bunuh diri yang meningkat.

Kasus bunuh diri di kalangan remaja jumlahnya naik 57 persen dan Blue Whale dianggap sebagai salah satu pemicunya. Blue Whale dimoderatori oleh seseorang yang mengawasi semua anggotanya. Dia memberikan tantangan khusus pada setiap anggota untuk berani melukai diri mereka sendiri.

Salah satu admin grup yang berhasil tertangkap adalah Filipp Budeikin (22). Dia dianggap bertanggung jawab atas 15 kasus bunuh diri remaja. Budeikin memaparkan bagaimana ia menjerat para korban agar bergabung dengan grup Blue Whale.

Sasaran pertama adalah mereka yang sedang dalam keadaan depresi. Budeikin memasukan konten-konten yang membuat perasaan depresi itu makin parah. Dia lalu mendoktrin mereka bahwa tak ada jalan lain yang lebih baik ketimbang mati.

Sebagai awalan, anggota grup diberikan tugas melukai diri mereka sendiri. Pada tahap paling ekstrim, mereka diminta untuk mengakhiri hidupnya. “Aku hanya menjelaskan pada mereka mengapa kematian lebih baik. Tak ada paksaan apapun. Keputusan (mati) itu berasal dari diri mereka sendiri,” aku Budeikin.

Bukan hanya Rusia yang menjadi sasaran grup misterius ini. Negara tetangga mereka, Ukraina pun bernasib sama. Pemerintah Ukraina bahkan sampai harus memblok 500 grup di media sosial yang terindikasi menyebarkan gagasan ekstrim seperti Blue Whale.

Apakah grup menyeramkan seperti ini ada di Indonesia?

To Top