Sarana elegan didalam Instansi Pemasyarakatan (Lapas) Cipinang, Jakarta Timur yang ditempati oleh jaringan Freddy Budiman, Haryanto Chandra dengan kata lain Gombak buat banyak pihak menyimpan berprasangka buruk pada oknum sipir penjara yang masih tetap kental bakal budaya koruptif.
Pasalnya, bandar narkoba mempunyai dana tidak terbatas untuk meyogok petugas lapas supaya membiarkan dia hidup enjoy di balik jeruji besi. “Budaya koruptif saat lantas masih tetap terpelihara dengan baik pada petugas-petugas lapas, walau mereka sudah diberi dalam satu pendidikan dengan penanaman ideologi pemasyarakatan, ” kata Pakar Hukum Pidana Kampus Trisakti Abdul Fickar Hajar.
Menurutnya, imbalan besar yang di tawarkan beberapa bandar narkoba buat beberapa sipir gampang sekali goyah untuk memuluskan peredaran narkoba beberapa dari dalam hotel prodeo. “Mudah tergoda oleh iming-iming imbalan yang besar terlebih oleh napi bandar narkoba yang telah dihukum mati, ” katanya.
Ia yakini rutinitas korup itu telah berjalan dengan masif di semua lapas yang ada di Tanah Air. Karenanya, tidak mengherankan bila terjadinya masalah jual-beli sel didalam penjara senantiasa terulang serta seolah bukanlah satu masalah besar yang perlu selekasnya dibenahi.
“Kebiasaan korup ini dengan diam-diam jadi corporate culture yang di terima dengan masif nyaris di semuanya lapas hingga tidaklah heran terjadinya jual-beli sel yang berulang serta mungkin saja telah melembaga jadi korupsi yang tersistemkan, ” katanya.
Sebatas di ketahui, buntut dari temuan BNN, Menteri Hukum serta Hak Asasi Manusia (Menkumham), Yasonna H Laloly, resmi mencopot Kepala Instansi Pemasyarakatan (Lapas) Cipinang, Kunto Wiryanto, dari jabatannya. Pencopotan berkaitan temuan beberapa barang elegan didalam sel naripadana masalah narkoba, Haryanto Chandra dengan kata lain Gombak.
Terkecuali Kalapas Cipinang, Yasonna serta Sekjen Kemenkumham juga sudah di tandatangani surat pemberhentian Kepala Kesatuan Pengamanan Lapas (KPLP) Cipinang, Sugeng Hardono.
