Bola

Erik Felany, Kuras Harta demi Klub Amatir

[ad_1]

SEPAKBOLA menjadi magnet luar biasa bagi sebagian besar orang. Berbagai cara dilakukan untuk mengekspresikan rasa cintanya terhadap sepakbola Indonesia. Ada yang menjadi fans fanatik sebuah klub, bergabung dengan komunitas suporter, hingga sekadar menjadi kolektor kostum tim kesayangan.

Berbeda dengan Erik Felany Wijaya. Pria yang baru berusia 29 tahun ini rela mendirikan sebuah klub sepakbola. Satu keputusan bisnis yang kurang tepat di saat potret sepakbola Tanah Air mati suri.

Keputusannya mendirikan klub sepakbola amatiran tidaklah berorientasi kepada bisnis atau keuntungan semata. Lahirnya klub sepakbola merupakan pengabdian dan rasa cintanya terhadap olahraga paling populer di jagat bumi ini. Sangat tidak elok memikirkan untung dari sebuah bisnis sepakbola dalam negeri dalam kondisi saat ini.

“Saya sadar diri tidak memiliki skil yang mumpuni untuk menjadi pesepakbola.  Saya hanya ditakdirkan penjadi penikmat sepakbola. Berhubung saya peduli dengan kondisi sepakbola, saya putuskan sekalian saja mendirikan klub amatir sepakbola,” kata Erik, Senin (28/3/2016).

Klub tersebut diberi nama Bineka FC. Berdiri pada 14 Februari 2014 di kawasan Cileungsi, Kabupaten Bogor. Dengan skuad pemain yang mayoritas kelas tarkam ditambah sederet fasilitas yang serba terbatas, Erik mengaku ikhlas terus mengeluarkan kocek pribadi guna menghidupi klub.

Dapat dibayangkan, untuk berlatih saja, Bineka harus menyewa lapangan dan membayar honor pemain. Belum lagi segala perlengkapan penunjang layaknya klub sepakbola.

“Saat Bineka berdiri kondisi sepakbola Tanah Air belum bergejolak dan masih normal. Harapan saya tidak muluk-muluk, saya ingin satu waktu Bineka menjadi klub professional yang dapat mengikuti kejuaraan bergengsi di Tanah Air. Makanya saya membuat badan hukum agar lebih professional,” papar Alumnus Fakultas Hukum Universitas Indonesia ini.

Dengan berjalannya waktu, Bineka mengikuti serangkaian turnamen amatir di sekitar Bogor dan Bekasi. Pada saat bersamaan kondisi sepakbola semakin tak jelas dan banyak pemain professional menganggur alias tidak memiliki klub buntut dibubarkannya PSSI oleh pemerintah.

Kondisi seperti itu membuat hatinya tergugah. Dia merasa prihatin dengan nasib pesepakbola dan memutuskan menggunakan jasa dari mereka.

Sejumlah pemain top didatangkan untuk memperkuat Bineka dalam menghadapi turnamen.

Pemain sekaliber Atep, Eka Ramdani, Makan Konate, Ramdhani Lestaluhu Maman Abdurrahman, Hasyim Kipuw dan lain-lain pernah berkeringat menggunakan kostum Bineka. Bahkan untuk posisi pelatih pun Erik nekat “menculik” mantan bomber Persija Jakarta, Aliyudin, yang kala itu tercatat sebagai pelatih Persikabo Kabupaten Bogor.

“Alhamdulillah di berbagai ajang turnamen kami berhasil menjadi juara. Hadiah yang kami dapat tidak sebanding dengan pengeluaran yang kami lakukan khususnya untuk membayar jasa pemain. Tapi di situlah letak kepuasan batin saya. Saya senang bisa membuat animo turnamen lebih seru dan dapat berbagi rezeki kepada para pemain professional meski tak sebanding dengan kelas mereka,” tandas Erik.

Lantas, sampai kapan Erik berani bersedia membina Bineka dan memperhatikan sepakbola Indonesia? Bagaimana pula dia dapat menjadikan Bineka sebagai klub professional yang mendatangkan banyak keuntungan?

“Inilah hebatnya kalau sudah cinta sepakbola. Saya akan berkorban apapun untuk membesarkan Bineka dan sepak bola tanah air. Insya Allah bila klub ini makin besar mungkin akan ada pula sponsor yang datang,” tandas pria yang juga pengusaha dan praktisi hukum ini.

[ad_2]

To Top