News

Deadline Terakhir Abu Sayaff, Jokowi: Pemerintah Terus Lakukan Diplomasi

[ad_1]

JAKARTA – Presiden Joko Widodo mengatakan pemerintah terus melakukan diplomasi dengan pemerintah Filipina dan kelompok peyandera, terkait dengan deadline permintaan tebusan ASG atau kelompok militan Abu Sayyaf, yang menyandera15 warga asing, di mana 10 di antaranya merupakan warga negara Indonesia (WNI).

“Terus dilakukan komunikasi, diplomasi antar negara dan komunikasi dengan yang menyandera,” ujar Jokowi usai membuka Muktamar ke VIII PPP di Asrama Haji Jakarta, Pondok Gede, Jakarta Timur, Jumat (8/4/2016).

Sayangnya Jokowi tak mau menginformasikan langkah apa saja yang dilakukan pemerintah dalam diplomasi itu, termasuk proses apa saja yang telah dilakukan pemerintah.

“Kita tidak bisa membuka apa yang kita lakukan, karena ini masih dalam proses-proses semuanya,” tegas Jokowi.

Seperti diketahui militer Filipina melalui juru bicaranya, Jenderal Restituto Padilla merilis identitas ke-15 warga asing yang disandera Abu Sayyaf. Mereka adalah Ewold Hurn (Belanda), Rolando del Torchio (Italia), John Ridsdel dan Robert Hall (Kanada), serta Kjartan Sekkingstad (Norwegia).

Sementara 10 WNI yang juga masih disandera adalah Peter Tonsen Barahama, Julian Philip, Alvian Elvis Peti, Mahmud, Suriah Syah, Surianto, Wawan Saputra, Bayu Octavianto, Reynaldi dan Wendi Raknadian.

Total permintaan tebusan Abu Sayyaf untuk 15 sandera tersebut dikatakan mencapai tiga miliar peso. Jika tidak dituruti, Abu Sayyaf mengancam akan mengeksekusi para sandera. Pun begitu, ancaman tersebut tak membuat takut militer Filipina.

[ad_2]

To Top