News

Choirul, Lebih Baik Seumur Hidup dari pada di Hukum Mati, Alasanya?

Jakarta, Liputan7up.com – Tuntutan hukuman mati jaksa kepada terdakwa teroris yang juga merupakan pimpinan Jemaah Anshorut Daulah (JAD) Aman Abdurrahman justru banyak disayangkan banyak pihak. Komisioner Komnas HAM Choirul Anam justru cemas jika vonis itu dikabulkan maka malah membuat Aman merasa ‘menang’.

“Mati bagi teroris itu harapan, mereka bahkan mau melakukan bom bunuh diri. Kalau dihukum mati mereka justru merasa menang, dan yang dihukum mati dianggap pahlawan, ini berangkat dari pengalaman Amrozi,” kata Choirul di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (19/5).

Sebaliknya, kata Choirul, terdakwa teroris yang tertangkap ini semestinya bisa digunakan oleh aparat penegak hukum untuk membongkar jaringan mereka yang masih aktif. Sebab menurutnya, pemberantasan terorisme tak hanya berpacu pada hukuman berat seperti hukuman mati, tetapi justru pada upaya deradikalisasi terhadap jaringan-jaringan jihadis ini.
“Sebab menuntut hukuman mati itu tidak signifikan memberantas terorisme,” katanya.

Choirul menganggap akan lebih baik jika para teroris yang telah tertangkap ini dikenai hukuman penjara seumur hidup.

“Seumur hidup cukup,” kata dia.

Khawatir Ada Balas Dendam

Mantan terpidana teroris, Yudi Zulfachri, juga tidak sependapat jika Aman Abdurrahman dituntut hukuman mati. Jika tuntutan jaksa dikabulkan hakim, dia khawatir malah bakal menjadi pemantik bagi pengikutnya yang tersebar di seluruh Indonesia membalas dendam kepada pemerintah.

“Banyak kasus yang lebih berat dari Aman itu vonisnya bukan hukuman mati. Sehingga ini akan semakin menambah beringas kebencian permusuhan, perlawanan dari pengikutnya,” kata Yudi saat mengikuti sebuah diskusi di Cikini, Jakarta, hari ini.

Yudi mengatakan vonis hukuman mati tidak akan menyelesaikan akar masalah terhadap aksi terorisme yang dilakukan oleh Aman dan para pengikutnya. Sebab, ideologi radikal dan teror yang telah ditanamkan kepada pengikutnya itu hanya Aman sendiri yang mampu meluruskan kembali ajarannya tersebut.

“Kalau Aman divonis hukuman mati, pahamnya akan tetap hidup. Nah itu yang saya khawatirkan. Jadi ini orang terakhir yang pahamnya begini, nah nanti diikuti sampe seterusnya,” kata Yudi.

Yudi lantas menyarankan agar Aman seharusnya tak dihukum mati agar pemikirannya dapat diredam oleh pemerintah. Jika hal itu berhasil dilakukan, maka Aman dapat dimanfaatkan pemerintah menjadi aktor yang membantu melakukan proses deradikalisasi terhadap para pengikutnya.

Sebab, pihak yang dapat melakukan deradikalisasi terhadap orang-orang yang terpapar ideologi terorisme adalah kelompok yang memiliki kesamaan pandangan dengan mereka (ingroup).

“Tapi kalau dia dibiarkan tetap menjalankan hari-hari itu dengan pendekatan. Kalau dia bisa berubah, ini akan juga merubah pengikutnya. Ini plus minus yang saya katakan tadi, mengenai hukuman mati ustaz Aman,” ujarnya.

Yudi lantas mengatakan pengaruh doktrin teror yang dimiliki Aman sangat kuat di kalangan pengikutnya. Ia sendiri bercerita bahwa Aman sudah menyebarkan pemikiran radikal itu sejak 2002, sebelum ISIS hadir setahun kemudian.

“Kenapa setelah sepuluh tahun ustaz Aman baru diangkat pemimpin? Karena dia dianggap orang yang paling berkompeten terhadap ideologi ISIS. Makanya dia diangkat menjadi pimpinan. Seharusnya biasanya pimpinan itu yang sudah capai di dunia militer pertempuran. Nah khusus ustaz Aman enggak,” ujarnya.

To Top