Burung Garuda Jadi Desain di Istana Negara Ibu Kota Baru
Pematung Nyoman Nuarta mengatakan, secara konsep dan bentuk, Istana Negara burung Garuda akan menjadi istana presiden pertama di dunia yang dibangun sebagai sebuah karya seni.
Konsep ini akan mengedepankan estetika sebagai pijakan dasar, sebelum kemudian menerapkan dalil-dalil arsitektural untuk mewujudkannya menjadi sebuah building, yang layak, nyaman, mempertimbangkan soal-soal lingkungan, dan pantas sebagai sebuah simbol negara besar.
Selain itu, istana ini juga dapat menjadi magnet baru bagi dunia pariwisata di Indonesia.
Dalam keterangannya kepada, Rabu (31/03/2021), dia menuturkan, jika penggunaan ruang-ruang ini bisa dilakukan secara maksimal, maka Istana Negara dengan arsitektur inti patung Garuda akan tumbuh menjadi ikon baru.
“Tidak hanya menjadi tempat presiden berkantor dan melakukan aktivitasnya sehari-hari, tetapi lahir menjadi magnet baru bagi dunia pariwisata kita,” ujar Nyoman.
Kawasan kebanggaan Istana Negara yang memiliki luas 4 hektar dengan rencana 9 lantai, hanyalah bangunan inti dari seluruh kawasan seluas 32 hektar.
Di dalam kawasan ini terdapat Plaza Nusantara seluas 10 hektar, yang akan meliputi area rekreasi, area duduk outdoor, jogging trek, jalur pejalan kaki, serta jalur buggy.
Bahkan dirancang pula terdapat amphiteather serta wilayah terbuka di mana rakyat bisa mengaksesnya secara bebas.
“Wilayah-wilayah seperti ini dibutuhkan untuk semakin menumbuhkan kecintaan dan rasa bangga terhadap negara. Cara-cara rekreatif semacam ini akan jauh lebih mengena di hati rakyat,” kata Nyoman.
Pasalnya, Pulau Kalimatan nyaris senantiasa tenggelam dalam perbincangan industri pariwisata, jika dibandingkan dengan daerah-daerah seperti Bali, Lombok, Yogyakarta, dan bahkan Raja Ampat.
Pulau yang memiliki luas 743.330 kilometer persegi ini lebih dikenal sebagai pulau penghasil tambang setelah era kayu hutan berakhir.
Nyoman menyebut tanah dan rimba di pulau ini, senantiasa dikeruk untuk memenuhi hasrat ekonomi manusia.
Menurut Nyoman, Kalimantan tidak pernah dilihat sebagai pulau dengan eksotika kultural, yang sesungguhnya menjadi modal penting dalam pengembaraan industri pariwisata.
Citra Kalimantan yang lekat dengan tambang dan hutan, harus diperbaiki dengan menyodorkan sebuah ikon baru yang memadukan antara seni, sains, dan teknologi.
“Istana Negara akan dengan cita rasa estetik sebuah karya seni, dengan penggunaan sains, serta teknologi dalam mewujudkannya,” tuturnya.
Nyoman menjelaskan cita rasa estetik dipergunakan sebagai framing, yang membangun citra keindahan, keteduhan, kedamaian, serta persaudaraan dalam perbedaan.
Sedangkan sebagai sebuah karya seni arsitektural, maka seluruh kalkulasi perwujudannya menerapkan dalil-dalil sains untuk menemukan unsur-unsur presisi, daya tahan dan kekuatan.
“Seluruhnya akan dibangun dengan menggunakan teknologi pembesaran yang telah teruji dalam berbagai kesempatan pembangunan patung gigantis,” ujar dia.
Sedangkan secara teknologis, Istana Negara akan menggunakan teknologi pembuatan patung yang telah dipatenkan.
Sosok Garuda dalam Istana Negara akan dibangun dari kerangka baja, serta cangkang dari tembaga dan kuningan.
Kedua logam terakhir ini akan mengalami proses oksidasi sehingga perlahan-lahan akan berwarna hijau tosca, sebagaimana pula terdapat dalam patung GWK di Bali.
“Dengan penerapan pola-pola semacam itu, diharapkan Istana Negara di Kalimantan Timur, secara perlahan akan tumbuh menjadi daya tarik baru bagi dunia pariwisata,” ujar dia.
Para wisatawan domestik, selain mengagumi wibawa dan kemegahan Istana Negara, sekaligus juga memupuk kepercayaan diri sebagai bangsa Indonesia.
Sedangkan para wisatawan mancanegara, akan berdecak kagum melihat keindahan seekor burung Garuda yang mengepakkan sayap di atas Istana Negara sebuah negeri bernama Indonesia.
“Sudah pada galibnya, tarikan dunia pariwisata satu wilayah akan menggerakkan sektor-sektor lain yang menjadi penunjangnya,” imbuh Nyoman.
Dalam waktu bersamaan daerah-daerah sekitar Kalimantan Timur akan turut bergerak, memberikan keleluasaan bagi masuknya industri “baru”, yakni industri pariwisata.
Dengan demikian, Istana Negara akan berdiri di garda paling depan untuk mengubah citra sebuah pulau ‘terbengkalai’, yang selama ini seolah tak disentuh oleh pembangunan.
Jadi intinya tak hanya pemerataan, tetapi juga mendayagunakan lokasi yang dilupakan menjadi daya tarik baru.
“Saya berharap semoga Istana Negara benar-benar menjadi rumah rakyat, tempat seluruh rakyat Indonesia mereguk nilai-nilai keadaban dan perdamaian, serta persaudaraan dan persatuan, agar bangsa ini terus bertumbuh menjadi bangsa yang sehat, kuat, dan besar sepanjang masa,” lanjutnya.