News

Benarkah Polisi Serius Ungkap Kasus Air Keras Novel Baswedan?

Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak mempertanyakan keseriusan Kepolisian dalam mengatasi masalah penyerangan pada penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan.

Sebab, sampai hari ke-26 polisi belum juga membuka pelaku teror itu pada penyidik senior itu.

Walau sebenarnya, Kepolisian lewat Detasemen Spesial (Densus) 88 Antiteror termasuk cepat bila membongkar masalah teroris, yang relatif susah.

” Kan harusnya gampang. Densus mendadak nangkap teroris serta lalu dapat sebut jaringannya dengan gampang, ” kata Dahnil di sela aktivitas Apel Menggembirakan Kebangsaan serta Kesiapsiagaan Bencana Nasional yang di gelar di halaman GOR Tri Dharma Petrokimia, Gresik, Jawa Timur, Minggu (7/5/2017).

Polisi terlebih dulu mengakui telah mengantongi jati diri yang disangka sebagai pelaku penyiraman air keras pada Novel.

Oleh karenanya, menurut Dahnil, semestinya masalah ini telah ada titik jelas.

” Ini ada dua orang lalu ada CCTV namun tidak dapat di tangkap, nah ini ada yang aneh, ” lebih dia.

Dahnil merekomendasikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) selekasnya turun tangan serta membuat tim investigasi paduan.

” Ini momentum, jika memang perlu bentuk tim berdiri sendiri untuk mengusut masalah ini karna kami berprasangka buruk ada pihak lain yang memanglah berniat mengulur serta tidak mau menangkap penyiram air keras pada Novel, ” lebih dia.

Menurut Dahnil, Presiden mesti tunjukkan komitmennya dalam merespons masalah ini. Jangan pernah nasib masalah ini mangkrak seperti yang berlangsung pada saat pemerintahan terlebih dulu.

Sebatas mengingatkan, pada 8 Juli 2010, Aktivis Indonesia Corruption Watch, Tama Satya Langkun, dianiaya oleh dua orang di lokasi Duren Tiga, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Pelakunya sampai sekarang ini tidak pernah tersingkap.

” Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden RI waktu itu) dahulu tidak dapat menangkap pembacok Tama. Saat saat ini Pak Jokowi juga tidak dapat dapatkan. Bermakna, apa bedanya dengan SBY, ” kata dia.

Terlebih dulu, Novel disiram cairan kimia pada 11 April lantas oleh orang tak di kenal selesai shalat Subuh di Masjid Al-Ihsan dekat tempat tinggalnya di lokasi Kelapa Gading, Jakarta.

To Top