News

Anies, Kemacetan dan Banjir Bukanlah Masalah Utama di Jakarta

Liputan7up

Jakarta, Liputan7up.com – Gubernur DKI Jakarta menilai kemacetan dan banjir bukanlah masalah utama di Jakarta. Di mata Anies masalah utama yang kini mendera Ibu Kota justru salah satunya lapangan pekerjaan, kemudian pendidikan, kesehatan, dan sampah.

Pernyataaan itu membuat prioritas pembangunan pemerintahan Anies dipertanyakan. Sebab kemacetan dan banjir dianggap bukan sekadar masalah lagi di Jakarta, tetapi sudah menjadi ‘penyakit akut’ yang menahun.

Pengamat Tata Kota Yayat Supriyatna mengatakan Jakarta di bawah kepemimpinan Anies belum menunjukkan prioritas yang jelas, terutama di sektor tata kota. Dia tak setuju dengan pernyataan Anies bahwa masalah utama ibu kota lapangan pekerjaan.

Menurut Yayat, jika Anies memprioritaskan pengelolaan kemacetan, maka itu berpotensi turut menyelesaikan masalah lainnya di Jakarta.

“Karena macet pun berimplikasi ke produktivitas. Kita habis waktu di perjalanan, waktu untuk keluarga di perjalanan, kelelahan, kemudian produktivitas jadi rendah. Apa itu bukan masalah?” ujarnya saat di Wawancarai Tim Liputan7up.com, Selasa (27/2).

Menurut Yayat, pengelolaan kemacetan bisa menjadi solusi jitu menyelesaikan setumpuk pekerjaan rumah Jakarta, termasuk lapangan pekerjaan dan kesehatan.

Ia mencontohkan dengan integrasi transportasi seperti yang diusung dalam program OK Otrip. Program itu tentu dengan sendirinya dapat mengurangi kemacetan di Jakarta, karena dapat menekan biaya transportasi, di samping juga mengurangi penggunaan kendaraan pribadi.

Jika berjalan dengan benar, program itu tak cuma sekadar mengurangi kemacetan, tetapi juga bisa menambah lapangan kerja.

“Integrasi sebuah keharusan dan akan membuat tarif lebih murah dan mudah. Kalau tarif angkutan umum lebih murah dari motor orang akan pindah kok,” tuturnya.

Yayat menyebut ada perbedaan cara pandang antara Anies dan warga Jakarta. Pada saat Anies tak menganggap kemacetan sebagai masalah utama, ketika itu pula ada realitas di lapangan, bahwa masyarakat dirugikan dengan kemacetan.

Jika terus seperti itu, maka bukan tak mungkin masyarakat akan mencari solusi sendiri dalam menghadapi masalah kemacetan, misalnya membeli kendaraan pribadi.

Solusi mandiri ini, kata Yayat, malah akan membuat semakin pelik masalah Jakarta. Sebab selain menambah kepadatan lalu lintas, juga akan berdampak kembali pada menurunnya produktivitas dan kesehatan masyarakat.

“Sekarang pertanyaannya, yang jadi prioritas pak Gubernur yang mana? Kesehatan? Kalau orang sakit karena kelelahan di jalan? Orang stres karena kemacetan? Habis biaya perjalanannya karena mahal biaya transport?” tegas Yayat.

Yayat menyarankan kepada Anies untuk memperjelas skema prioritas pembangunan. Menurut dia, semua hal, baik kemacetan, banjir, lapangan kerja, kesehatan, maupun pendidikan, sama pentingnya.

Tinggal bagaimana menyelesaikan permasalahan tersebut, bukan malah mempermasalahkan mana yang lebih utama.

Anies, bagaimanapun, menganggap masalah terbesar di ibu kota bukan banjir ataupun macet seperti yang selama ini banyak disebut.

Menurut bekas Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu, masalah utama di Jakarta adalah ketimpangan sosial-ekonomi yang tercermin dari masalah-masalah seperti lapangan pekerjaan, pendidikan, kesehatan, dan sampah.

“Di Jakarta, tantangan terbesar yang saya temukan adalah bukan sekadar tema-tema yang dipahami kelas menengah, tetapi justru tantangannya adalah membereskan ketimpangan sosial-ekonomi,” kata Anies,” kata Anies di Jakarta, Senin (26/2) malam.

To Top