News

Analisa Pergantian Kabareskrim Dan Naiknya Irjen Idham Aziz

Analisa Pergantian Kabareskrim Dan Naiknya Irjen Idham Aziz

Jakarta, Liputan7up.com – Baru lima bulan menjabat Komjen Arief Sulistyanto terpental dari tempatnya menjadi Kabareskrim Polri. Jebolan Akademi Kepolisian 1987 itu kini diplot jadi Kalemdiklat menukar Komjen Unggung Cahyono.

Untuk tempat Kabareskrim, Kapolri pilih Irjen Idham Azis yang awal mulanya menjabat menjadi Kapolda Metro Jaya. Nama Idham sudah sempat marak diberitakan jadi Wakapolri menukar Komjen Syafruddin.

Direktur Eksekutif Instansi Analisis Strategis Kepolisian Indonesia (Lemkapi), Edi Hasibuan memandang Idham telah penuhi prasyarat untuk menempati tempat Kabareskrim. Dalam catatan Edi Idham telah pengalaman di bidang reserse sekitar 20 tahun dan ikut serta dalam Densus 88.

“Melalui pengkajian yang masak, ditambah lagi ini 2019 tahun politik diperlukan Kabaresrim yang mapan, mempunyai pengalaman,” papar Edi pada merdeka.com, Rabu (23/1).

Sedangkan untuk Arief, Edi lihat sudah berhasil dalam proses pembinaan. Peranan mantan Kapolda Kalimantan Barat itu begitu menonjol saat menempati jabatan
Asisten SDM Kapolri.

“Arief berhasil lakukan pembinaan karir perwira Polri. Mendapatkan animo saat di As SDM,” katanya.

Mantan Komisioner Kompolnas itu belumlah lihat promo ini menjadi usaha dari Kapolri Jenderal Tito Karnavian untuk menyiapkan substitusinya. Tito sudah sempat memberi tanda ingin pensiun lebih awal dari waktu pekerjaannya yang baru selesai di 2021.

“Mutasi biasa di badan kepolisian. Dapat berlangsung karena hanya keperluan organisasi,” tuturnya.

Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S. Pane mengharap dengan mutasi ini elite di badan Polri akan makin solid melawan tahun politik. Menurut dia, kapasitas intelijen butuh ditingkatkan untuk menjumpai dan antisipasi adanya masalah keamanan.

“Tingkatkan soliditas di Bareskrim supaya penegakan hukum dapat berkelanjutan di selama tahun politik,” tuturnya.

Kadiv Humas Polri Irjen Pol M Iqbal membetulkan perputaran beberapa jenderal Polri itu. Menurut dia, mutasi adalah perihal yang biasa dikerjakan di badan Korps Bhayangkara.

“Menjadi tur off duty personil Polri, menjadi pun penyegaran sehingga Polri makin kuat dan optimal dalam pelindungan, service dan pengayoman, kamtibmas dan penegakan hukum,” kata Iqbal.

Seperti didapati, Idham bersama dengan Tito Karnavian mencatatkan prestasi dengan melumpuhkan pentolan teroris Dr Azhari di Batu, Jawa Timur pada 2005. Kedua-duanya bersama dengan Petrus Reinhard Golose, Rycko Amelza Dahniel mendapatkan penghargaan dari Kapolri saat itu, Jenderal Sutanto.

Idham membuka masalah mutilasi tiga gadis di Poso yang mengambil alih perhatian publik.
Lulusan Akpol 1988 itu pun ikut serta dalam operasi-operasi taraf besar. Seperti Operasi Anti-Teror Bareskrim Polri di Poso (2005-2007), Operasi Camar Maleo (2014-2016), dan Operasi Tinombala (2016).

Kekuatannya di bidang terorisme membuat Idham diakui menjadi Kapolda Sulawesi Tengah pada Oktober 2014. Dimana Sulteng saat itu merupakan lokasi yang riskan dengan grup sipil bersenjata.

Ia lalu ditarik kembali pada Mabes Polri dengan menjabat menjadi Inspektur Lokasi II Itwasum Polri pada Februari 2016. Belumlah setahun, ia lalu dipropagandakan menjadi Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Kadiv Propam) Polri pada September 2016 sekaligus juga naik pangkat jadi Irjen.

Setahun lalu ia dimutasi jadi Kapolda Metro Jaya menukar M Iriawan. Kini ia ditunjuk menjadi Kabareskrim Polri menukar Komjen Arief Sulistyanto yang dimutasi jadi Kalemdiklat Polri.

To Top