Asa Firda Nihaya pemilik akun Afi Nihaya Faradisa pada Facebook kini sedang dirundung masalah.
Setidaknya, ada dua masalah dihadapi gadis asal Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur tersebut.
Kedua masalah tersebut, yakni tudingan plagiarisme atau menjiplak karya tulisan orang lain untuk dimasukkan ke dalam tulisan sendiri dan akun pada Facebook terblokir.
Tudingan plagiarisme
Tudingan melakukan penjiplakan muncul dari penulis pada blog Kompasiana, Pringadi Abdi Surya.
Dia menulis Drama “Dugaan” Plagiarisme Afi Nihaya Faradisa dan diunggah sejak Rabu (31/5/2017).
Dalam tulisannya itu, penulis atau Kompasianer yang lahir di Palembang tersebut mengaku menemukan ada kemiripan antara tulisan Afi Nihaya dengan Facebooker pemilik akun Mita Handayani.
Afi Nihaya menulis menggunakan judul “Belas Kasih dalam Agama Kita”, sedangkan Mita menggunakan judul “Agama Kasih”.
Sebagai bukti atas pengakuan Prigadi, dia menyertakan screenshot tulisan keduanya.
“Tulisan Afi mengenai belas kasih ini bisa dibilang sama persis dengan tulisan Mita Handayani yang diunggah ke Facebook pada 30 Juni 2016. Bahkan status-status Afi yang lain, seperti soal warisan, ditengarai memiliki ruh yang sama dengan narasi sebuah video viral yang juga diterjemahkan oleh Mita.”
Demikian ditulis Pringadi.
Lalu, dilanjutkan, “Dari perbandingan di atas, yang berbeda hanyalah judul, tanda baca, dan enjambemennnya/ pemenggalannya, bukan? Namun, kita tahu bahwa bukan hanya chat via Whatsapp yang bisa dipalsukan dengan aplikasi. Status Facebook pun bisa, apalagi gambar di atas kurang meyakinkan. Lalu, alam mempertemukan saya dengan seseorang yang memiliki screenshoot lebih lengkap atas tulisa Mita Handayani.”
“Dari versi lengkap tersebut, bila kita bandingkan dengan tulisan Afi di sini akan kita temukan perbedaan lain, yakni tambahan 3 paragraf pada tulisan Afi, yang paragraf terakhir (namun hanya satu kalimat) adalah saduran kalimat yang diucapkan Malala.”
Demikian ditulis lagi Pringadi.
Namun, belakangan menjadi masalah lain sebab tulisan asli “Agama Kasih” tak ditemukan warganet yang menaruh perhatian atas tudingan tersebut.
Guru Besar Universitas Indonesia Rhenald Kasali menuturkan plagiat atau tidak, hanya berlaku untuk karya ilmiah.
Sepanjang kata-kata atau tulisan merupakan pendapat umum, hal itu tidak bisa dikategorikan sebagai plagiarisme.
“Sebagai contoh saya mengambil kata-kata populer dari Aa Gym yaitu ‘perubahan harus dimulai dari diri sendiri’. Kalau ada yang usil, bisa saja dipersoalkan itu adalah kutipan dari John Maxwell. Namun si pemilik kutipan asli tidak mempermasalahkan dan sekarang kutipan tersebut terkenal sebagai kutipannya Aa Gym, dan bukan merupakan plagiarisme,” ujarnya saat berbincang dengan Kompas, Kamis (1/6/2017).
Rhenald juga mencontohkan, pernah ada seorang mahasiswa pascasarjananya menulis di koran umum dengan tema mengenai Dutch Desease atau “penyakit Belanda”.
Tulisan tersebut mengupas soal perekonomian Belanda yang turun justru ketika negara itu menemukan minyak.
Setelah artikel tersebut terbit, seorang ekonom Lin Che Wei melayangkan protes keras ke Rhenald Kasali selaku kepala program pascasarjana UI.
Itu lantaran tulisan mahasiswa tersebut sebagian besar persis dengan artikel yang pernah ditulis Lin Che Wei.
Selanjutnya pihak kampus memanggil mahasiswa yang bersangkutan untuk menjelaskan artikel yang ditulisnya itu.
“Setelah dipanggil, kami memutuskan bahwa itu bukan plagiat karena yang bersangkutan tidak tahu, dan itu ditulis di koran umum,” jelas Rhenald.
Hal ini berbeda dengan kasus yang pernah terjadi pada Anggito Abimanyu, di mana tulisan yang terbit di Harian Kompas dinyatakan sebagai praktik plagiarisme.
Rhenald menjelaskan, Anggito Abimanyu merupakan salah satu akademisi di perguruan tinggi yang seharusnya paham dengan kaidah-kaidah penulisan. Namun dalam artikel yang ditulisnya, dia tidak menyebutkan sumber data yang dipakai untuk mendukung tulisannya.
“Ini beda karena Pak Anggito adalah akademisi yang seharusnya memahami cara-cara penulisan ilmiah. Tulisan Pak Anggito itu mengambil bahan dari tulisannya Pak Hotbonar Sinaga (mantan Dirut Jamsostek), namun dia tidak menyebutkan sumbernya,” jelas Rhenald.
Menurut Rhenald Kasali, ada proses panjang untuk menentukan sebuah artikel dianggap plagiat atau tidak.
Bahkan di ranah akademik, untuk memutuskannya harus melibatkan dewan guru besar dan dalam waktu yang tidak singkat.
Sementara untuk tulisan Afi, hal itu bukanlah tulisan ilmiah dan hanya status pada akun Facebook-nya.
Sehingga, tulisan tersebut tidak dikategorikan sebagai plagiarisme.
Untuk itu, Rhenald Kasali berpesan untuk tidak terlalu membawa aspek akademis dalam menilai apakah sebuah tulisan umum masuk plagiarisme atau bukan.
Akun Terblokir
Akun Afi Nihaya Faradisa pada Facebook tak dapat diakses lagi, padahal selama ini menjadi media untuk menyebarkan buah pikiran penulisnya.
Ini bukan kali pertama terjadi.
Saat tulisan “Warisan” viral pada dunia maya, akunnya juga sempat terblokir.
Warganet protes pada Facebook dan hanya dalam waktu 24 jam, akun Afi dibuka kembali.