Eks kepala scout Hoffenheim Lutz Pfannenstiel menyebut Julian Nagelsmann sebagai pelatih paling menarik di Eropa dan bahkan lebih hebat dibandingkan Josep Guardiola.
Nagelsmann memang pelatih yang sensasional. Karirnya di dunia kepelatihan menanjak dengan tajam di usia muda.
Ia mengawali karir kepelatihannya pada tahun 2016 silam di Hoffenheim. Talentanya kemudian membuatnya dilirik oleh RB Leipzig dan ia pun resmi menukangi klub tersebut mulai Juli 2019 kemarin
Nagelsmann juga masih sangat muda. Saat ini ia masih berusia 32 tahun. Banyak pujian yang kemudian dilayangkan kepadanya.
Lutz Pfannenstiel mengenal Julian Nagelsmann dengan sangat baik. Keduanya sempat bekerja sama di Hoffenheim.
Ia mengungkapkan bahwa Nagelsmann adalah sosok pria yang sangat kompetitif. Lutz Pfannenstiel pun mengatakan dari situlah kesuksesan yang diraih Nagelsmann berasal.
“Julian adalah pria yang bersemangat, perfeksionis. Ia tidak bisa kalah – dan tidak masalah apakah itu pertandingan kompetitif atau duel santai di tenis meja, permainan Mikado atau duel dengan saya melalui adu penalti,” ujarnya pada DAZN.
“Sangat bagus tidak cukup baik baginya; yang menjadi jelas pada usia muda. Jadi, tidak mengherankan bahwa ia mungkin talenta pelatih yang paling menarik di Eropa saat ini,” puji Lutz Pfannenstiel.
Lutz Pfannenstiel kemudian membeberkan kemampuan analisis taktik Julian Nagelsmann yang dinilainya sangat luar biasa. Bahkan ia merasa kemampuannya melebihi kemampuan manajer Manchester City, Josep Guardiola.
“Apa yang juga sangat mengesankan saya tentang Julian adalah kemampuannya untuk menganalisis,” tambah Pfannenstiel. “Misalnya, jika saya seorang ahli DAZN selama pertandingan langsung, saya harus dan wajib mengenali hal-hal tertentu. Saya butuh tiga menit untuk mendeskripsi formasi dasar, misalnya. Julian butuh sekitar 30 detik saja,” ungkapnya.
“Julian bahkan lebih baik daripada Pep Guardiola ketika harus membaca gaya permainan lawan dan menyesuaikan taktik yang sesuai selama pertandingan. Pep adalah seseorang yang banyak menganalisis dan kemudian membuat keputusan. Dengan Julian, analisis berjalan paralel dengan pengamatan. Kita berbicara tentang jendela waktu yang sangat singkat, tetapi itu bisa sangat penting,” terangnya.
“Kebetulan, ini bukan bakat, tapi berkah. Saya sudah bertemu banyak pelatih, tetapi Julian memiliki kualitas ini secara eksklusif. Ini unik,” tandasnya.