Jakarta, Liputan7up.com – Pencemaran sungai Citarum tidak cuma datang dari sampah industri. Kotoran manusia juga turut berperan mengotori sungai terpanjang di Jawa barat tersebut.
Perihal itu dikarenakan belumlah meratanya sarana sanitasi di beberapa rumah yang ada di sekitar Citarum. Berdasar pada hasil survey, ada sekitar 35,5 ton kotoran manusia yang dibuang ke sungai di lokasi Kota Bandung sehari-harinya.
Komandan Bidang 22 Citarum Harum, Kolonel Asep Rahman Taufik menjelaskan ada sekira 26 ribu kepala keluarga atau 38,2 % masyarakat di lokasi Bandung yang belumlah mempunyai sarana mandi bersihkan kakus (MCK) di sekitar hulu bantaran Sungai Citarum.
Daerah Saluran Sungai (DAS) yang tercemar sampah kotoran manusia salah satunya di sungai Cibeureum, Sungai Citepus, Cikapundung, Cidurian, Cicadas, Cipamokolan, Cisaranten dan Cinambo.
Dari analisanya, dari 35,5 ton kotoran manusia dibuang ke sungai, ditambah lagi kotoran sapi sekitar 180 ton /hari, jadi ada lebih dari 200 ton sumber bakteri E-Coli yang mengalir ke Citarum.
“Jika ini selalu dilewatkan, jadi akan mengakibatkan kerusakan kelestarian lingkungan dan membuahkan generasi yang tidak sehat,” tuturnya pada wartawan baru saja ini.
Dengan kualitas, lanjut dia, Open Defecation Free (ODF) atau masyarakat yang tidak buang air besar asal-asalan di Kota Bandung telah sampai 61,8 %, angka ini menurut dia cukup sudah tinggi. Asep mengharap, dalam dua tahun ke depan angka ODF ini dapat sampai 100 %, atau minimal dapat naik menjadi 80 %.
Dianya mengimbau, masyarakat dapat menumbuhkan kesadaran dari dalam diri untuk pelihara kebersihan lingkungan, termasuk juga dapat buang kotorannya ke tempat yang benar walau terhalang tempat karena terlalu padatnya masyarakat. Hingga dalam tujuh tahun ke depan, Citarum dapat bersih dan harum.
“Timbulkan, mewujudkan budaya bersih dari diri pribadi, dari kampung sendiri, sampai selalu ke tingkat propinsi. Jika di dukung oleh semua perangkat pemerintah, komponen masyarakat, saya optimis Citarum akan mempunyai nilai strategis buat masyarakat Jawa barat terutamanya, dan Indonesia biasanya,” ujarnya.