News

Menpar Arief Yahya Tinjau Persiapan Festival Fulan Fehan 2018

Menpar Arief Yahya Tinjau Persiapan Festival Fulan Fehan 2018

Jakarta, Liputan7up.com – Menteri Pariwisata Arief Yahya mengevaluasi persiapan Festival Fulan Fehan 2018. Festival ini akan berjalan Sabtu (6/10), di Puncak Fulan Fehan, Kecamatan Lamaknen, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Fulan Fehan adalah satu lembah di kaki Gunung Lakaan yang menyuguhkan pemandangan sabana hijau nan luas. Lembah ini ada di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen, Kabupaten Belu, NTT. Seputar 26 km dari Atambua, ibukota Kabupaten Belu.

Bukit Fulan Fehan mempunyai hamparan padang sabana luas dengan warna hijau. Pemandangannya seperti di film-film negeri dongeng. Ditambah lagi, kuda-kuda bebas berkeliaran dan pohon-pohon kaktus tumbuh subur sejauh mata memandang.

Waktu mengevaluasi, Menpar Arief Yahya merasakan sekitar 1.500 penari yang sedang persiapan gladi resik. Di depan Menpar Arief Yahya, Bupati Belu Willybrodus Lay dan Kepala Dinas Pariwisata Propinsi NTT Marius Jelamu, 1500 penari ini mempertontonkan tarian Likurai yang melegenda.

“Atraksi seperti ini yang diperlukan untuk menghadirkan wisatawan melalui cross border. Setidaknya, NTT mesti miliki minimal tiga moment taraf nasional seperti Festival Fulan Fehan di dekat pintu-pintu masuk perbatasan,” tutur Menpar Arief Yahya, Jumat (5/10).

Yang lebih terpenting lagi, lanjut Menpar, acara ini juga dinikmati oleh negara tetangga Timor Leste. Ini jadi daya tarik pariwisata sendiri di lokasi border tourism.

“Kuncinya adalah seni-budaya, musik, dan kuliner ini untuk menggandeng pasar negara tetangga. Ditambah lagi, warga Timor Leste dapat masuk ke Indonesia dengan menggunakan bebas visa kunjungan (BVK) sehingga warga Timor Leste dapat menggunakan uangnya di Indonesia,” jelas Menpar Arief Yahya.

Diterangkan Menpar, yang tidak kalah terpenting lagi, adalah prinsip kepala daerah. Seperti gubernur, wali kota, dan bupati. Prinsip untuk selalu mengawasi akses, amenitas, dan atraksi di daerahnya. Maksudnya untuk selalu mengawasi kehadiran wisatawan.

“Mesti diupayakan ada transportasi sampai ke puncak. Amenitas dapat manfaatkan nomadic tourism. Di sini dapat dibikin glamcamp atau karavan. Tetapi semua perlu keseriusan CEO daerahnya, tutur Arief Yahya.

Menpar mengakui suka, moment yang diprakarsai Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bersama dengan Kementerian Pariwisata ini telah menggunakan koreografer level nasional. Karena Kemenpar saat mengambil keputusan moment ini menjadi 100 Wonderful Moment CoE 2018 juga menggunakan kurator kelas nasional.

“Ini telah bagus. Sebab telah menggunakan koreografer sekelas Eko Nugroho (Eko Pece). Tahun kedepan kita akan junjung lebih optimal lagi supaya jadi lebih istimewa lagi,” katanya.

Menpar memberikan, festival ini mesti selalu berlanjut tiap-tiap tahun. Tanggal waktu pelaksanaan harus juga bisa diputuskan semenjak jauh-jauh hari dan berkelanjutan.

“Sebab bila kalender acara bisa diyakinkan tanggalnya, kami juga dapat menolong mempromosikannya dengan baik dan pas, kata Menpar Arief Yahya.

Plt Deputi Bidang Peningkatan Pemasaran I Kemenpar, Ni Wayan Giri Adnyani menuturkan, Tarian Likurai adalah satu tarian perang ciri khas dari masyarakat pulau Timor. Terutamanya di Kabupaten Belu, yang menceritakan perjuangan masyarakat ditempat mengusir penjajah saat jaman penjajahan.

“Tarian Likurai merupakan tarian yang tidak akan ada dimana juga di belahan dunia. Tarian ini tentunya jadi tarian ciri khas yang merupakan warisan serta budaya leluhur dari masyarakat di daerah ini, tutur Giri didampingi Asdep Peningkatan Pemasaran I Regional III, Ricky Fauziyani.

Giri memberikan, di balik ekspresi keindahan tari Likurai, tarian yang satu ini memiliki kandungan ceritera mistis. Dalam Bahasa Tetun Belu, Likurai datang dari dua kata Haliku dan Rai. Haliku bermakna mengamati, mengawasi, membuat perlindungan, pelihara, ambil, kuasai. Rai bermakna Tanah, Bumi, Negeri atau Pulau. Haliku Rai atau nantinya disingkatpadukan jadi Likurai.

“Bisa disimpulkan menjadi satu tindakan atau tindakan mengamati, mengawasi, membuat perlindungan, pelihara dan ambil tanah atau bumi, tidak tahu tanah itu pada intinya punya kita, ataupun punya orang yang lain,” tuturnya.

To Top